Nongsa (Humas) - Sebanyak lebih kurang 68 siswa siswi Pasraman Jnana Sila Bhakti beserta guru pembimbing melaksanakan kegiatan Dharma Camp selama dua hari Sabtu – Minggu, 23 – 24 Desember bertempat di Pantai Palm Springs Nongsa, Batam. Hadir pada kesempatan itu Pembimas Hindu Kanwil Kementerian Agama Provinsi Kepulauan Riau, Penyuluh Agama Hindu baik PNS maupun non PNS, Penyelenggara Hindu Kantor Kementerian Agama Kota Batam, Ketua Parisada Provinsi Kepulauan Riau dan Parisada Kota Batam, WDHI dan lembaga agama keagamaan Hindu yang lainnya. Kegiatan ini diawali dengan pembagian tim dan pembuatan yel – yel. Ada 6 (enam) regu yang terbentuk, yaitu merah, kuning, biru, ungu, hijau dan jingga. Menurut Made kasa Astawa selaku ketua Pasraman Jnana Sila Bhakti bahwa kegiatan ini bertujuan untuk membentuk soft skill, jiwa kepemimpinan, kerjasama tim dan rasa bhakti di antara peserta. Made menjelaskan tema dari kegiatan ini yaitu: “Buliding bhakti and leadership”. Maksud dari tema ini adalah di samping untuk membentuk jiwa kepemimpinan, Dharma Camp ini juga bertujuan untuk membentuk jiwa kepemimpinan kepada siswa pasraman yang nantinya akan menjadi seorang pemimpin di masa depan yang religius memiliki rasa bhakti kepada Tuhan dan kedua orang tua.
Setelah pembagian tenda selesai dilaksanakan, acara dilanjutkan dengan doa bersama pembukaan Dharma Camp 2017. Dilanjutkan dengan latihan dan pendalaman materi lagu nyanyian dharma dan lomba Sembahyang Tri Sandhya yang dipandu oleh masing – masing Pembina. Pada malam harinya dilanjutkan dengan lomba Tri Sandhya. Menurut Putu Satria Yasa selaku Juri Lomba Sembahyang Tri Sandhya menyatakan bahwa secara umum peserta sudah bagus tinggal ditingkatkan penghayatan dan pelafalannya. Ada banyak kriteria penilaian dalam lomba ini di antaranya Penguasaan materi Tri Sandhya, intonasi/pelafalan, ketepatan nada dan mantra serta penjiwaan. Demikian juga dengan Lomba Nyanyian dharma. Pande Suarmayuni selaku dewan Juri dan juga pengurus WHDI Prov. Kepulauan Riau menyatakan bahwa dalam nyanyian dharma, peserta harus memperhatikan irama, ketukan dan nada lagu. Sebelum maju peserta harus sudah hafal lirik, karena jika belum hafal lirik maka akan berpengaruh pada penampilan. Selanjutnya adalah pembinaan mental oleh Ketut Suardita selaku Pembimas Hindu. Kepada peserta yang hadir Ketut menghimbau agara para siswa bersungguh-sungguh mengikuti kegiatan ini dari awal sampai akhir. Apa yang didapat di kegiatan ini akan menjadi bekal di hari tua nanti. Ketut juga menyinggung tema kegiatan ini bahwa Dharma Camp di samping menumbuhkan rasa bhkati juga akan membentuk jiwa kepemimpinan kepada para siswa sebagai generasi penerus Hindu khususnya dan penerus bangsa pada umumnya. Selanjutnya adalah Jurit malam atau dinamika kelompok. Di sini peserta diharuskan melewati 6 (enam) pos yang ada. Pos 1 mereka harus membawakan puisi yang bertemakan agama dan kasih ibu karena masih dalam suasana hari ibu yang dipandu oleh Katmiartik. Di Pos ada uji kreatifitas dan dinamika kelompok yang dipandu oleh Purwadi. DI Pos 3 ada asah otak kanan dan otak kiri dengan menyelesaikan pertanyaan analogi dan logika oleh Arya dan Rika dari Peradah Kepulauan Riau. Di Pos 4 ada permainan angka dan kata yang dipandu oleh Eko, Komang Sumi dan Komang May. Di Pos 5 ada uji penampilan tari Kecak yang dipandu oleh Anak Agung Ketut Adi dari WHDI. Di Pos 6 ada penilaian Nyanyian Dharma yang dipandu oleh Putu Suardika. Di Semua pos mereka wajib menyampaikan yel – yel. Di samping aspek kecepatan, ketepatan dan keindahan tari dan puisi, Pembina di setiap pos juga menilai kekompakan, kerjasama tim, kedisiplinan dan kerapian. Acara dilanjutkan dengan renungan malam. Purwadi selaku penyuluh agama Hindu memberikan pembinaan kepada semua peserta. Kali ini Purwadi menggunakan sarana lilin sebagai ilustrasi. Purwadi menjelaskan bahwa lilin untuk menerangi ruangan gelap maka harus membakar dirinya sampai habis. Demikian juga orang tua kita yang rela berkorban terutama seorang ibu yang sudah mengandung selama 9 (sembilan) bulan, melahirkan, kemudian menyusui dan mendidik kita dan pada akhirnya beliau akan pergi meninggalkan kita. Seorang ibu rela mempertaruhkan nyawanya saat melahirkan kita. Maka selama mereka masih hidup maka kita wajib merawatnya, memberikan kasih dan sayang. Kita tidak mungkin bisa membalas semua kebaikan kedua orang tua kita tetapi kita bisa berbhakti kepada mereka. Kemudian Eko, selaku Penyelenggara Hindu Kemenag Kota Batam memberikan motivasi dan pembinaan kepada siswa pasrmaan. Inti materi yang disampaikan bahwa semua materi dan ujian yang disampaikan dan diujikan oleh guru Pembina kepada peserta mempunyai arti dan tujuan tertentu. Menurut Eko seorang pemimpin harus mempunyai rasa bhakti kepada Tuhan dan berbhakti kepada orang tua. Ada ujian ketepatan angka bahwa seorang pemimpin harus cerdas dan dapat menyerap aspirasi masyarakat, seorang pemimpin harus mengenali keadaan masyarakat melalui wajahnya. Seorang pemimpin harus bisa menyampaikan pesan secara tuntas. Selanjutnya Eko menjelaskan ada ujian seni tari kecak bahwa seorang pemimpin harus menguasai seni memimpin organisasi. Ada ujian dinamika kelompok artinya harus ada kerjasama tim. Ada ujian asah otak kanan dan otak kiri bahwa seorang pemimpin harus pandai menguasai diri. Pada keesokan harinya, Minggu pagi, acara dilanjutkan dengan Yoga Asanas yang dipandu oleh Dada Suresh dari Ananda Marga Kota Batam. Yoga di awali dengan pemanasan kemudian Yoga Surya Namaskar, dan dilanjutkan gerakan variasi (workout). Menurut Dada Suresh, jika yoga asanas ini rutin dilaksanakan maka membuat jasmani dan rohani kita menjadi sehat. Kita akan lebih bisa menguasai diri dalam kehidupan ini. Selanjutnya dilaksanakan lomba Yoga Surya Namaskar yang dipandu oleh Made Karmawan. Dan Kegiatan ini ditutup secara resmi oleh I Made Kasa Astawa selaku Ketua Pasraman Jnana Sila Bhakti. Kegiatan ini sangat positif sekali untuk untuk siswa dan guru. Di samping membentuk rasa bhakti siswa juga akan membentuk jiwa kepemimpinan dan rasa memiliki, tegas I Made Kasa mengakhiri pembicaraannya. (ep2017).