Muka Kuning (Inmas) -Bertempat di Pura Satya Dharma, Muka Kuning, umat Hindu di Kota Batam menyelenggarakan Persembahyangan Tumpek Wayang, Sabtu (24/2). Hadir pada kesempatan itu Penyelenggara Hindu Kota Batam, Jero Mangku Danu selaku Ketua Bidang Kebudayaan dan Kearifan Lokal, pengurus Parisada Prov. Kepulauan Riau, Ketua Parisada Kota Batam, Ketua Paruman Walaka Parisada Prov. Kepulauan Riau, Badan Penyiaran Hindu Kepri, Ketua Pasraman Jnana Sila Bhakti, WHDI Provinvi Kepri dan WHDI Kota Batam, Ketua UKHB, Ketua Banjar dan umat Hindu.
Menurut Putu Suardika selaku Ketua Unit Kerohanian Hindu Batamindo (UKHB) bahwa Tumpek Wayang bermakna bahwa umat Hindu memuja Hyang Widhi dalam prabhawa-Nya sebagai Hyang Iswara, yaitu dewa yang menganugerahkan kesenian kepada umat manusia. Sebelum persembahyangan dimulai acara didahului dengan dharma wacana yang disampaikan oleh Jero Mangku Danu dari Kota Bekasi. Dalam wacananya, Mangku Danu menjelaskan bahwa tujuan dharma wacana dan dharma thula bukan untuk menggurui. Ketika membicarakan dharma sesungguhnya untuk belajar bersama. Mangku Danu juga menjelaskan makna Tumpek Wayang sebagai hari turunnya Hyang Iswara sebagai Dewa kesenian yang menganugerahkan keindahan dan seni. Seni ada dalam setiap sendi kehidupan seperti seni memasak, seni membuat banten, seni gamelan, tarian dan lain sebagainya. Hari ini sangat baik untuk memohon Taksu atau inner beauty agar memancarkan kedamaian, keindahan dan seni. Mangku Danu mengajak umat Hindu untuk menghargai perbedaan pendapat yang ada. Manusia terlahir dengan sifat yang berbeda, semua mempunyai karma wasana. Perbedaan ini harus kita anggap sebagai kekayaan. Setiap manusia mempunyai kelebihan dan kekurangan, maka kita harus saling melengkapi kekurangan yang ada. Apapun latar belakang kita, di hadapan Tuhan sama, yang membedakan adalah karma perbuatan kita. Kita juga harus saling mengasihi orang lain walaupun orang yang berbeda keyakinan sekalipun. Jangan mengecilkan makna dan nilai dari yajna. Jangan memandang yajna dari jumlah dan besar kecilnya saja. Kita bisa mempersempahkan harta milik kita, tapa brata dengan pengendalian diri, pengetahuan, pengabdian diri, berdonor darah dan lain sebagainya. Persembahyangan dipimpin oleh Jero Mangku Putu Satria Yasa dan Jero Mangku Agung Arief Suryanataha. Setelah persembahyangan selesai dilanjutkan dengan acara dharma thula atau Tanya jawab seputar ajaran agama Hindu. Umat begitu antusias mengikuti acara dari awal sampai akhir. (EP2018)