Bintan (Humas)- Pada hari Kamis, 5 Oktober 2017, bertempat di Pura Girinatha Puncak Sari, Kabupaten Bintan, umat Hindu kepulauan Riau melaksanakan Upacara Kegamaan yaitu Pujawali yang bertepatan dengan Purnama sasih Kapat. Pujawali adalah sebuah peringatan berdirinya sebuah pura sebagai rumah ibadah agama Hindu. Hadir pada kesempatan itu Pembimas Hindu Kanwil kementerian Agama prov. Kep. Riau, Penyelenggara Hindu Kantor Kementerian Agama Kota Batam, Penyuluh Agama Hindu kanwil Kementerian Agama Prov. Kep. Riau, WHDI Prov. Kep. Riau, ketua WHDI Kota Batam dan Kab. Bintan, Ketua Parisada Kota Tanjung Pinang dan Kab. Bintan, Ketua Pasraman Brahma Widya Sattwika, Sanggar Kesenian Langlang Bhuana dan Ketua Lembaga Agama/keagamaan baik tingkat Provinsi dan Kota/Kabupaten.
Acara ini bertujuan untuk memohon kesucian dan anugerah dari Hyang Widhi, Tuhan Yang Maha Esa. Acara dimulai dengan mecaru dilanjutkan dengan purwa daksina, mekalyas, gelar sanga dan tarian rejang dewa, kemudian persembahyangan bersama yang dipimpin oleh pinandita/pemangku. Pada sambutannya, Pembimas Hindu Kanwil Kementerian Agama Prov. Kepulauan Riau mengajak umat Hindu yang hadir untuk memohon kesucian dan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Beliau juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam upacara ini. Pembimas Hindu juga mengajak umat Hindu di Kepulauan Riau untuk mendoakan saudara – saudara kita yang sedang dilanda musibah di Gunung Agung, Kabupaten Karangasem, Bali. Selanjutnya Purwadi, S.Ag, Selaku penyuluh Agama Hindu pada Kanwil Kementerian Agama Provinsi Kepulauan Riau. Berkesemppatan menyampaikan dharma wacana/siraman rohani di hadapan umat Hindu menjelaskan awal mula terjadinya pujawali, mengapa harus melaksanakan pujawali atau piodalan dan juga Filosophy agama Hindu. Piodalan berasal dari kata Wedhal keluar atau lahir. Umat Hindu identik dengan dengan acara, upakara atau ritual. Mengapa umat hindu harus melaksanakan piodalan? Mengapa ini terjadi? Piodalan Mengulang sejarah proses sebelum adanya pura dan juga sesudah pura itu ada. Pujawali atau piodalan sebagai Wujud terima kasih kepada leluhur, penggagas dan pendahulu oleh generasi penerusnya. Wujud terim kasih itu berupa pelestarian budaya sebagai bagian dari upaya pembumian ajaran Weda. Mengapa piodalan Pura Girinatha Puncak Sari jatuh dan ditetapkan pada rahine tertentu yaitu setiap Purnama sasih Kapat? Hal ini tidak lain dan tidak bukan adalah Untuk mempermudah mengingat, penanda awal berdirinya pura. Dan malam ini bertepatan dengan bulan purnama yang special dan langka di mana sinar bulan tampak lebih besar. Ini harus kta syukuri bersama. Pujawali juga sebagai wujud syukur kepada leluhur kita Hindu. Umat Hindu di Kota Tanjung Pinang dan Kabupaten Bintan sudah ngayah dari awal hingga hari ini dengan penuh keikhlasan dan itulah yajna. Pujawali bukan hanya kewajiban pemangku, panitia atau umat Hindu di kota Tanjung Pinang dan Juga Kab. Bintan saja tetapi sebagai tanggung jawab kita bersama umat Hindu di Kepulauan Riau. Ini akan membentuk persaudaraan dan persatuan. Secara geografis Pura Giri Natha terletak di Kabupaten Bintan, tetapi karena umat yang terdekat dari wilayah pura adalah umat Hindu dari Kota Tanjung pinang maka pura ini sebagian besar disungsung oleh Umat Hindu dari Kota Tanjung Pinang. Agama Hindu tidak bisa lepas dari budaya, budaya tidak bisa lepas dari agama. Sebagai contoh adalah budaya atau tradisi dalam yajna upakara, dan penggunaan banten. Serati banten, panitia jero mangku dan umat mempersiapkan semuanya. Dibentuk sedemikian rupa sedemikian indahnya dengn hati tulus. Suatu bentuk seni budaya dalam bentuk bebantenan sesuai dengan karakter masing – masing di setiap pelinggih yang berbeda-beda. Sekali lagi Purwadi menyatakan bahwa Piodalan sebagai puncak sejarah dan wujud terima kasih kepada pendahulu. Sebagai pendahulu maka berkewajiban mengajarkan kepada penerusnya tentang sejarah pura Giri Natha Puncak Sari dan juga memperkenalkan diri kepada generasi berikutnya. Sehingga tidak lupa melaksanakan pujawali. Maka kita tidak akan lupa akan sejarah dan melenceng dari ajaran gama Hindu. Apapun yang terjadi awalnya dari sejarah. (eko2017)