Batam (Kemenag) --- Moderasi beragama berarti cara beragama di jalan tengah sesuai pengertian moderasi sebelumnya. Dengan moderasi beragama, seseorang tidak ekstrem dan tidak berlebihan saat menjalani ajaran agamanya. Orang yang mempraktekkan disebut moderat.
Pengawas Pendidikan Agama Kristen (PAK) Kantor Kemeneterian Agama Kota Batam, Minta Minaria, Jum'at (26/07) pagi sampaikan materi terkait moderasi beragama dengan tema "Menempatkan Sikap Moderasi Beragama Dalam Konteks Indonesia" di hadapan guru, ketua Yayasan dan orang tua siswa SMPS Misi bagi bangsa, Sagulung, Kota Batam.Dalam penyampaian materinya, Pengawas PAK Minta Minaria mengatakan bahwa contoh beragama yang berlebihan ada beberapa contoh. "Contoh paling gamblang adalah ketika seseorang mengafirkan saudaranya sesama pemeluk agama yang sama, hanya gara-gara mereka berbeda dalam paham keagamaan. Padahal hanya Tuhan yang Maha Tahu apakah seseorang sudah masuk kategori kafir atau tidak", katanya.Contoh ekstrem lainnya, lanjutnya, misalnya seseorang menyantap makanan atau mereguk minuman yang jelas-jelas haram menurut ajaran agamanya hanya karena alasan toleransi kepada umat agama lain. Dan satu contoh lagi merusak rumah ibadah karena tidak setuju paham keagamaannya. Sikap ekstrem lainnya adalah mengikuti ritual pokok ibadah agama lain karena alasan tenggang rasa."Ini semua tidak bisa dibenarkan. Bersikap moderat cukup dengan menghormati orang lain dan tidak mengganggu satu sama lain. Ia sendiri harus mantap dengan kepercayaan- nya, tidak perlu menggadaikan keyakinan", sebutnya.Orang moderat harus berada di tengah, berdiri di antara kedua kutub ekstrem itu. Ia tidak berlebihan dalam beragama, tapi juga tidak berlebihan menyepelekan agama yang dianutnya.Terkait pentingnya moderasi beragama. Ia menyampaikan ada 2 (dua) hal yang mendasarinya, yaitu :1. Moderasi beragama diperlukan karena sikap ekstrem dalam beragama tidak sesuai dengan esensi ajaran agama itu sendiri. Perilaku ekstrem atas nama agama juga sering mengakibatkan lahirnya konflik, rasa benci, intoleransi, dan bahkan peperangan yang memusnahkan peradaban. Sikap-sikap seperti itulah yang perlu dimoderasi.2. Moderasi beragama adalah upaya mengembalikan pemahaman dan praktik beragama agar sesuai dengan esensinya, yakni untuk menjaga harkat, martabat, dan peradaban manusia, bukan sebaliknya. Agama tidak boleh digunakan untuk hal-hal yang justru merusak peradaban, agama pada hakikatnya ditujukan untuk membangun peradaban itu sendiri. Setiap komponen bangsa harus yakin bahwa Indonesia memiliki modal sosial untuk memperkuat moderasi beragama. Modal sosial itu berupa nilai-nilai budaya lokal, kekayaan keragaman adat istiadat, tradisi bermusyawarah, serta budaya gotong-royong yang diwarisi masyarakat Indonesia secara turun temurun."Jika dipikul bersama, Indonesia dapat menjadi inspirasi dunia dalam mempraktikkan moderasi beragama", pungkasnya. (Z)